SELAMAT DATANG DIBLOG KAMI EXS PETUGAS LAPANGAN GERHAN (PLG) BPDAS CIMANUK CITANDUY JAWA BARAT KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN SALAM HIJAU INDONESIA

Rabu, 04 November 2015

PULAU KOORDERS CIAMIS CIKAL BAKAL BERDIRINYA KEMENTERIAN KEHUTANAN INDONESIA


















“Pulau Koorders ternyata Ada di Kabupaten Ciamis Jawa Barat”
Pernahkah anda mendengar DR.Koorders? atau Pulau? Dan hubungannya dengan perkembangan lembaga konservasi alam di Indonesia? Apabila anda belum mengetahuinya, berikut penjelasan singkat mengenai siapa Koorders dan dimana  Pulau Koorders tersebut berada.
DR. KH. Koorders lahir pada tahun 1863 dan meninggal pada 16 November 1919. Tahukan anda bahwa doktor ini adalah seorang pelopor atau pendiri sebuah lembaga perlindungan/konservasi alam pertama di Indonesia? Melalui perkumpulan perlindungan alam Hindia belanda (Nederland Indische Vereeningin tot Naturbescerming) yang didirikan di Buitenzorg (Bogor) pada tanggal 22 Juli 1912 (Cetak.kompas, 2008) ini, beliau akhirnya mampu membentuk lembaga konservasi alam pertama di Indonesia.  
Koorders adalah seorang peneliti botani, khususnya membidangi tetanaman hutan tropis  Indonesia (Mail-archieve, 2008). Meskipun kegiatanya sebagai seorang peneliti, akan tetapi seorang doktor botanis ini mampu memperjuangkan lahirnya lembaga konservasi melalui  proses yang cukup membutuhkan waktu dan usaha.
Melalui Perkumpulan Perlindungan Alam Hindia Belanda yang dibentuknya, beliau kemudian mengajukan legalitas hukum kepada Pemerintahan Hindia Belanda. Selama tujuh bulan, tepatnya 03 Februari 1913 (Galamedia, 2008), akhirnya perkumpulan tersebut mendapatkan legalitas hukum yang sah dari pemerintah.
Usaha seorang dokter botani dalam memperjuangkan berdirinya lembaga konservasi alam ini tidak hanya sampai disini saja. Tanggal 31 Maret 1913, beliau mencoba kembali  mengajukan perkumpulannya yang sudah berbadan hukum ini untuk dijadikan sebuah lembaga resmi  dan  mendapat pengakuan dari Pemerintah Hindia Belanda.
Setelah menunggu selama tiga tahun, tepatnya pada Bulan Maret 1916, akhirnya perkumpulan tersebut resmi mendapat pengakuan Pemerintah Hindia Belanda. Ini berarti bahwa  lahirnya lembaga konservasi di Indonesia terjadi pada  waktu tersebut.    

Keberhasilan beliau sebagai seorang dokter botani untuk memperjuangkan lembaga konservasi  sangat membanggakan. Beberapa jasa lainnya, seperti  menginventarisasi flora  Pulau Jawa, koleksi herbarium bersama rekannya Th Valeton, menerbitkan buku tentang berbagai jenis pepohonan endemik Pulau Jawa dengan judul “Bijdragen tot de Kennis der Boomsoorten van Java” (Mail-archieve, 2008), labelisasi pepohon selama delapan tahun di daerah Jawa dan Cibodas bersama Mr H.A. des Amorie va der Hoeven, kemudian Koorders juga menghabiskan waktunya selama lima tahun untuk menyempurnakan labelisasi tersebut (Novuspuncak, 2008).  Dan masih banyak jasa yang diberikan Koorders terhadap lembaga perlindungan alam ini yang mungkin belum terdokumentasikan.
Salah satu wujud perhatian Pemerintah Hindia Belanda terhadap jasa Koorders adalah dengan memberikan nama Koorders pada salah satu cagar alam (Natuurmonument) di wilayah jawa, seiring dengan wafatnya doktor ini di Jakarta pada Tanggal 16 November 1919. Kemudian Pemerintah Hindia Belanda menerbitkan keputusan melalui Surat Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Besluit van den Gouvernuer -General van Nederlandsch Indie) pada Tanggal 21 Februari 1919 yang isinya menetapkan beberapa kawasan Cagar Alam, termasuk salah satunya adalah Pulau Koorders (Galamedia, 2008).
Dimanakah Pulau Koorders? Seperti apakah pulau tersebut? Sebenarnya keberadaan Pulau Koorders sudah sangat terkenal, tidak hanya di wilayah Jawa Barat saja, namun diluar Jawa Barat-pun hampir semua mengenalnya. Setiap bulan Maulud ribuan orang, terutama dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, mengunjungi lokasi tersebut. Pada umumnya turis domestik yang datang dari berbagai daerah melakukan ritual ziarah makam leluhur. Menurut Mail-archieve (2008), pulau tersebut berada pada ketinggian sekira 700 meter di atas permukaan laut  dengan luas danau mencapai 69,98 hektare, dan didalamnya terdapat pulau seluas  9,25 hektare
Dipulau Koorders pengungjung dapat merasakan sejuknya udara segar, air danau yang tenang,  hijaunya miniatur hutan tropis, dan keunikan karakter satwa kelelawar yang bergerombol pada ranting pohon, biasanya penduduk  menamakan hewan tersebut dengan sebutan“Kalong”. Dan masih banyak lagi flora dan fauna yang mendukung keindahan pulau tersebut.

Flora yang ada di Pulau Koorders terdiri dari Tanaman Rotan (Calamus sp), Tapus (Zingiberaceae sp). Pohon besar seperti Kihelo (Sauraula sp), Kihaji (Dysoxyum), dan Kikondang (Ficus variegate). Sedangkan Fauna, seperti  Tupai (Calosciurus nigrittatus), Burung Hantu (Otus scops), dan Kelelawar (Pteropus vampyrus). Sementara terkadang Elang Jambul Putih hanya sesekali mendatangi pulau tersebut (Mail-archieve, 2008). Flora dan fauna yang hidup didalamnya saling melengkapi dan berinteraksi satu sama lain dalam sebuah ekosistem yang alami dan seimbang.
Mungkin sebagian orang akan merasa asing jika mendengar nama Pulau Koorders. Namun sebenarnya Pulau Koorders  tidak lain dan tidak bukan adalah “Situ Panjalu” atau “Situ Lengkong” atau “Nusa Gede”. Pulau tersebut berlokasi di Desa Panjalu Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Kawasan tersebut masuk  dalam lingkup Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Wilayah III.
Situ Panjalu atau Pulau Koorders merupakan wujud dan saksi bisu sebuah kebesaran seseorang yang sangat berjasa terhadap perlindugan alam  Indonesia. Dan mungkin  hal tersebut akan menjadi pemacu dalam mempertinggi kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia, sehingga timbul Koorders-Koorders baru bagi kelestarian lingkungan alam di Indonesia. SALAM LESTARI!_ronyalafgani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar