Pernahkah
anda mendengar DR.Koorders? atau Pulau? Dan hubungannya dengan perkembangan lembaga
konservasi alam di Indonesia?
Apabila anda belum mengetahuinya, berikut penjelasan singkat mengenai siapa
Koorders dan dimana Pulau Koorders tersebut
berada.
DR.
KH. Koorders lahir pada tahun 1863 dan meninggal pada 16 November 1919. Tahukan
anda bahwa doktor ini adalah seorang pelopor atau pendiri sebuah lembaga
perlindungan/konservasi alam pertama di Indonesia? Melalui perkumpulan
perlindungan alam Hindia belanda (Nederland
Indische Vereeningin tot Naturbescerming) yang didirikan di Buitenzorg (Bogor) pada tanggal 22 Juli
1912 (Cetak.kompas, 2008) ini, beliau akhirnya mampu membentuk lembaga
konservasi alam pertama di Indonesia.
Koorders
adalah seorang peneliti botani, khususnya membidangi tetanaman hutan tropis Indonesia (Mail-archieve, 2008).
Meskipun kegiatanya sebagai seorang peneliti, akan tetapi seorang doktor
botanis ini mampu memperjuangkan lahirnya lembaga konservasi melalui proses yang cukup membutuhkan waktu dan usaha.
Melalui
Perkumpulan Perlindungan Alam Hindia Belanda yang dibentuknya, beliau kemudian
mengajukan legalitas hukum kepada Pemerintahan Hindia Belanda. Selama tujuh
bulan, tepatnya 03 Februari 1913 (Galamedia, 2008), akhirnya perkumpulan
tersebut mendapatkan legalitas hukum yang sah dari pemerintah.
Usaha
seorang dokter botani dalam memperjuangkan berdirinya lembaga konservasi alam ini
tidak hanya sampai disini saja. Tanggal 31 Maret 1913, beliau mencoba kembali mengajukan perkumpulannya yang sudah berbadan
hukum ini untuk dijadikan sebuah lembaga resmi
dan mendapat pengakuan dari Pemerintah
Hindia Belanda.
Setelah
menunggu selama tiga tahun, tepatnya pada Bulan Maret 1916, akhirnya
perkumpulan tersebut resmi mendapat pengakuan Pemerintah Hindia Belanda. Ini
berarti bahwa lahirnya lembaga
konservasi di Indonesia
terjadi pada waktu tersebut.
Keberhasilan
beliau sebagai seorang dokter botani untuk memperjuangkan lembaga konservasi sangat membanggakan. Beberapa jasa lainnya,
seperti menginventarisasi flora Pulau Jawa, koleksi herbarium bersama rekannya
Th Valeton, menerbitkan buku tentang berbagai jenis pepohonan endemik Pulau
Jawa dengan judul “Bijdragen tot de
Kennis der Boomsoorten van Java” (Mail-archieve, 2008), labelisasi pepohon
selama delapan tahun di daerah Jawa dan Cibodas bersama Mr H.A. des Amorie va
der Hoeven, kemudian Koorders juga menghabiskan waktunya selama lima tahun
untuk menyempurnakan labelisasi tersebut (Novuspuncak, 2008). Dan masih banyak jasa yang diberikan Koorders
terhadap lembaga perlindungan alam ini yang mungkin belum terdokumentasikan.
Salah
satu wujud perhatian Pemerintah Hindia Belanda terhadap jasa Koorders adalah
dengan memberikan nama Koorders pada salah satu cagar alam (Natuurmonument) di wilayah jawa, seiring
dengan wafatnya doktor ini di Jakarta
pada Tanggal 16 November 1919. Kemudian Pemerintah Hindia Belanda menerbitkan
keputusan melalui Surat Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Besluit van den Gouvernuer -General van Nederlandsch Indie) pada Tanggal
21 Februari 1919 yang isinya menetapkan beberapa kawasan Cagar Alam, termasuk
salah satunya adalah Pulau Koorders (Galamedia, 2008).
Dimanakah
Pulau Koorders? Seperti apakah pulau tersebut? Sebenarnya keberadaan Pulau
Koorders sudah sangat terkenal, tidak hanya di wilayah Jawa Barat saja, namun
diluar Jawa Barat-pun hampir semua mengenalnya. Setiap bulan Maulud ribuan
orang, terutama dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, mengunjungi lokasi tersebut. Pada
umumnya turis domestik yang datang dari berbagai daerah melakukan ritual ziarah
makam leluhur. Menurut Mail-archieve (2008), pulau tersebut berada pada ketinggian
sekira 700 meter di atas permukaan laut dengan
luas danau mencapai 69,98 hektare, dan didalamnya terdapat pulau seluas 9,25 hektare
Dipulau
Koorders pengungjung dapat merasakan sejuknya udara segar, air danau yang
tenang, hijaunya miniatur hutan tropis,
dan keunikan karakter satwa kelelawar yang bergerombol pada ranting pohon, biasanya
penduduk menamakan hewan tersebut dengan
sebutan“Kalong”. Dan masih banyak lagi flora dan fauna yang mendukung keindahan
pulau tersebut.
Flora
yang ada di Pulau Koorders terdiri dari Tanaman Rotan (Calamus sp), Tapus (Zingiberaceae
sp). Pohon besar seperti Kihelo (Sauraula
sp), Kihaji (Dysoxyum), dan
Kikondang (Ficus variegate). Sedangkan
Fauna, seperti Tupai (Calosciurus nigrittatus), Burung Hantu (Otus scops), dan Kelelawar (Pteropus vampyrus). Sementara terkadang
Elang Jambul Putih hanya sesekali mendatangi pulau tersebut (Mail-archieve,
2008). Flora dan fauna yang hidup didalamnya saling melengkapi dan berinteraksi
satu sama lain dalam sebuah ekosistem yang alami dan seimbang.
Mungkin
sebagian orang akan merasa asing jika mendengar nama Pulau Koorders. Namun
sebenarnya Pulau Koorders tidak lain dan
tidak bukan adalah “Situ Panjalu” atau
“Situ Lengkong” atau “Nusa Gede”. Pulau tersebut berlokasi di Desa Panjalu Kecamatan Panjalu,
Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Kawasan tersebut masuk dalam lingkup Balai Besar Konservasi Sumber
Daya Alam (BBKSDA) Wilayah III.
Situ
Panjalu atau Pulau Koorders merupakan wujud dan saksi bisu sebuah kebesaran seseorang
yang sangat berjasa terhadap perlindugan alam Indonesia. Dan mungkin hal tersebut akan menjadi pemacu dalam mempertinggi
kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia,
sehingga timbul Koorders-Koorders baru bagi kelestarian lingkungan alam di Indonesia.
SALAM LESTARI!_ronyalafgani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar